CERITA DARI LADANG CABE PAK OGI
“Bermodalkan Keberanian Dan Tidak Segan Untuk Bertanya”
Batuhampar-Menara ( )
Siapa yang tak kenal Pak Ogi, hampir semua masyarakat Batuhampar mengenalnya. Dengan kerja keras dan keuletannya, kini ia berhasil merintis ladang cabe bersama keluarganya.
Sore itu matahari masih sangat terik, terlihat dari kejauhan Pak Ogi dan istrinya dengan dibantu salah seorang pekerja sedang memanen cabenya. Saat tim menara mendatangi ladangnya, beliau menyambut dengan baik, bahkan beliau mau memberikan penjelasan saat salah satu reporter menara bertanya mengenai ladang cabenya.
Bapak dari 4 orang anak ini sangat berpengalaman dalam berladang cabe. Dulu saat pertama kali ia berladang cabe, banyak yang tidak diketahuinya. Dengan bermodalkan keberanian dan tidak segan untuk bertanya kepada orang lain. Kini ia berhasil dan mendapatkan hasil yang memuaskan.
“Saya pernah bertanya kepada orang Sarik laweh. Kenapa tanaman saya cepat mati? Kemudian petani itu menyarankan kepada saya untuk meninggikan kalangnya dan mengatur jarak tanam,” tutur beliau.
“ Sekarang saya mencobanya dan alhamdulillah umur tanaman cabe saya lama. Biasanya 4 bulan sudah mati. Sekarang masih panen. Bukan itu saja, jarak tanam juga berpengaruh. Selama saya menanam rumpunnya rapat-rapat, hasilnya buah sedikit dan tidak maksimal. Sekarang saya mencoba merubahnya, degan memberikan jarak antar rumpun 30 cm dan antar kalang 180 cm. ternyata hasil nya sangat bagus. Lihat saja dalam satu rumpun buahnya berkisar 130 buah,”
Setiap pagi hingga sore Pak Ogi selalu berada di ladang cabenya. Dengan tekun dan ulet ia merawat tanamannya. Ladang cabe pak Yogi yang berada di tengah-tengah hamparan sawah lainnya terdiri dari 2 petak sawah. Salah satunya ia sewa kepada orang lain. Dengan perhitungan pemilik sawah memperoleh ¼ dari hasil panennya.
“Setiap 2 kali seminggu kami memanen hasil cabe, dari mimggu ke 1sampai ke 4 panen cabe kami sudah mencapai ± 400 kg. Pada minggu ke 4 ini adalah panen puncak dari hasil panen yang di prediksikan.”
Bukan itu saja, dalam proses penggarapan ladang juga tidak kalah penting, karena lahan pak ogi dulunya bekas sawah, ia membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengolah lumpr sawah menjadi tanah.
“Saya butuh waktu 2 bulan untuk mengubah lumpur menjadi tanah. Setelah itu diberi pupuk dan ditutupi plastik baru bisa ditanam,” katanya lagi menjelaskan.
Untuk perawatan, pak Ogi juga menggunakan pupuk kimia untuk mendukung pertumbuhan tanamannya.
“Saya biasanya menggunakan mapa, dimolis, kron, oten dan olanel” tuturnya lagi menjelaskan sambil sesekali mengamati tanaman cabenya.
Di sela wawancara, kami berkeliling meihat ladang cabe pak ogi, terlihat hamparan warna merah dari buah cabenya.
“ 2700 rumpun cabe yang saya tanam. Hampir 90 persen berhasil. Paling hanya 10 % saja yang pertumbuhannya kurang baik,” katanya saat salah satu tim dari kami melihat tanaman yang berbeda dari tanaman lainnya. Alhamdulillah panen kemarin mendapat 400 kg, Minggu ini kita akan penen raya,” ujarnya dengan bangga.
Bagi laki-laki kelahiran Batuhampar 1 Januari 1974 ini, “bekerja dan mencoba sangatlah penting. Karena dengan begitu ia mendapatkan pengalaman. Walaupun kita sudah berhasil katanya kita tetap harus belajar dan tetap bertannya kepada orang lain. Baraja ka nan sudah,” tuturnya dengan canda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar